19 tahun lalu, Israel menorehkan salah satu luka besar di negeri Palestina, yakni setelah Ariel Sharon menodai Al-Aqsha yang akhirnya memicu amarah pribumi.
Palestineupdate.com – 19 tahun lalu yang dimulai pada bulan September, kondisi Palestina pecah setelah Ariel Sharon – Pemimpin Partai Likud Israel saat itu – mengotori Masjid Al-Aqsha dengan menyerbu masjid bersama ribuan pasukan bersenjata. Akibatnya, hal tersebut memicu kemarahan pribumi dan pecahlah Intifadhah Kedua (2000). Bagaimana ulasan salah satu sejarah Palestina tersebut? Simak pembahasan berikut, ya!
Pada 28 September 2000, Sharon menyerbu Masjid Al-Aqsha bersama ribuan pasukan bersenjatanya, yang kemudian memicu amarah pribumi hingga perlawanan berlangsung selama 5 tahun (28 September 2000 – 8 Februari 2005). Lebih dari 3.000 warga Palestina dan 1.000 pemukim ilegal Israel meninggal dunia.

Latar Belakang Pecahnya Intifadhah Kedua
Intifadhah kembali pecah setelah gagalnya perbincangan Camp David; satu bulan sebelum Perdana Menteri Israel Ehud Barak dan Ketua Otoritas Palestina (Palestinian Authority (PA)) yakni Yasser Arafat, gagal menghasilkan perjanjian perdamaian. Mereka juga tidak sepakat atas pendudukan Israel di wilayah Palestina, status Al-Quds (Yerusalem), dan hak kembali para pengungsi Palestina. Konsekuensinya, janji deklarasi untuk negara Palestina tertunda.
Saat itu pada hari Kamis di bulan September, ketika Sharon memutuskan mengunjungi Masjid Al-Aqsha dengan kawalan pasukan bersenjata. Sharon beralasan bahwa tindakan tersebut bertujuan untuk menegaskan hak seluruh warga Israel bahwa mereka bisa mengunjungi masjid, sementara menurut juru bicara partai Likud yakni untuk menunjukkan bahwa di bawah pemerintahan Likud, Al-Aqsha akan tetap berada di bawah kedaulatan Israel.
Berita Palestina terkait: Serangkaian Intifadhah Al-Quds di Berbagai Wilayah Palestina
Keputusan tersebut memicu kemarahan pribumi Palestina yang beberapa waktu sebelumnya memperingati pembantaian Sabra dan Shatila. Reaksi warga juga merupakan ekspresi frustrasi atas penjajahan yang terjadi, di mana perbincangan perdamaian sekali lagi gagal dilakukan. Pelanggaran terang-terangan atas Masjid Al-Aqsha pun, merupakan tindakan yang sangat keterlaluan. Sharon kemudian dianggap bertanggung jawab karena telah gagal membendung pertumpahan darah.
Bocah Palestina Gugur Saat Intifadah Kedua

Pada 30 September, bocah Palestina bernama Muhammad Al-Durrah (12) meninggal dunia akibat peluru pasukan penjajah. Dalam sebuah video yang merekam peristiwa berdarah tersebut, sang ayah dan Al-Durrah berlindung di balik sebuah tong saat Israel mencoba menggempur keduanya dengan senjata. Mereka yang tidak terlibat dalam Intifadhah dan hanya tengah melintas di jalan tersebut, ditembaki secara membabi buta, padahal sang ayah telah berulang kali berupaya menyampaikan tanda untuk menghentikan serangan. Video yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi Perancis itu, kemudian menggemparkan dunia dan membuat sang bocah dikenang oleh banyak orang.

Hingga hari ini, peristiwa Intifadhah Kedua di Palestina masih membekas di hati pribumi dan manusia-manusia baik di seluruh dunia. Perlawanan yang kemudian membuat ribuan nyawa melayang itu, kembali mengingatkan kita betapa kejamnya penjajahan. Begitu pula dengan Al-Durrah, yang mana namanya masih sangat terpatri di ingatan kita semua. Wallahu’alam. (kimikim/palestineupdate)
Sumber. Middle East Monitor, Ensiklopedia Palestina Bergambar oleh Dr. Thariq As-Suwaidan.